pacman, rainbows, and roller s

Syeikh Abu Bakar bin Salim adalah syeikh
Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim
ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat
jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang
menunjukkan jalan Illahi dengan wataknya.
Pembimbing kepada kebenaran dengan
perkataannya. Para ulama di zamannya
mengakui keunggulannya. Dia telah
menyegarkan berbagai warisan pendahulu-
pendahulunya yang saleh. Titisan dari Hadrat
Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim
Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar
bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.
Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah
satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi
Ats-Tsani, tahun 919 H. Dia kota itu, dia tumbuh
dengan pertumbuhan yang saleh, di bawah
tradisi nenek moyangnya yang suci dalam
menghafal Al-Quran.
Orang-orang terpercaya telah mengisahkan;
manakala beliau mendapat kesulitan menghafal
Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan
halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin
Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu
bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu
menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan
menjadi orang besar. Maka menjadilah dia
seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-
merta, dalam waktu singkat, dia telah
mengkhatamkan Al-Quran.
Kemudian dia disibukkan dengan menuntut
ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para
pembesar ulama dengan semangat yang kuat,
kejernihan atin dan ketulusan niat. Bersamaan
dengan itu, dia memiliki semangat yang menyala
dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-
tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya
dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu,
sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab
Al-Masyra’ Ar-Rawy, dia membolak-balik kitab-
kitab tentang bahasa Arab dan agama dan
bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta
menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang
kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, dia
mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu
pengetahuan.
Dia telah menggabungkan pemahaman,
peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Dialah
alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir
dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam
segenap bidang pengetahuan.
Dalam semua bidang tersebut, beliau telah
menampakkan kecerdasannya yang nyata.
Maka, menonjollah karya-karyanya dalam
mengajak dan membimbing hamba-hamba
Allah menuju jalan-Nya yang lurus.
Guru-guru beliau
Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban
Ba’alawi, ahli fiqih yang saleh, Abdullah bin
Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar
bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia
mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah.
Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-
Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-
guru beliau.
Hijrahnya dari Tarim
Dia beranjak dari Kota Tarim ke kota lain
bertujuan untuk menghidupkan pengajian.
memperbarui corak dan menggalakkan dakwah
Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka
berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu
negeri Hadramaut. Dia menjadikan kota itu
sebagai kota hijrahnya. Kota itu dia hidupkan
dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat
pendidikan, pengajaran dan pembimbingan.
Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang
beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas.
Syahdan, berbondong-bondonglah manusia
berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk
menimba ilmunya. Murid-murid beliau
mengunjunginya dari beragam tempat:
Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir,
Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash.
Para murid selalu mendekati beliau untuk
mengambil kesempatan merasai gambaran
kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya.
Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno
menjadi berkembang ramai. Kota itu pun
berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin
Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran
beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor,
padahal sebelumnya adalah kota yang
terlupakan.
Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far
Al-Katsiry bersyair:
Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun
bedendang
Dari permukaannya yang indah terpancarlah
makrifat
Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat
Puji syukur bagi yang membuatmu mencium
tanah liatnya
Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan
Kota yang mendapat karunia besar dari
warganya
Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh
merendahkan diri
Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya.
Akhlak dan kemuliaannya
Dia adalah seorang dermawan danmurah hati,
menginfakkan hrtanya tanpa takut menjadi fakir.
Dia memotong satu dua ekor unta untuk para
peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan
betapa banyak tamu yang mengunjungi ke
pemukimannya yang luas.
Dia amat mempedulikan para tamu dan
memperhatikan keadaan mereka.Tidak kurang
dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya
beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati dia
orang yang paling ringan tangannya dan paling
banyak infaknya, dia tetap orang yang paling
luhur budi pekertinya, paling lpang dadanya,
paling sosial jiwanya dan paling rendah hainya.
Sampai-sampai orang banyak tidak pernah
menyaksikannya beristirehat.
Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad
Bawazir pernah berkata: “Syeikh Abu Bakar
selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah
terlihat duduk-duduk bersama orang-orang
dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali
ntuk menanti didirikannya saolat lima waktu”.
Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah
dan berkhidmat kepada orang-orang yang
menderita kesusahan. Dia memperlihatkan dan
menyenangkan perasaan mereka dan
memenuhi hak-hak mereka dengan baik.
Di antara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu
adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan
dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan
rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya,
banyak sekali orang berkunjung untuk
menemuinya dari berbagai tempat; baik dari
Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman,
dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka
semua menghormati dan membanggakan
beliau.
Maqq, Syeikh Abu Bakar
Ibadah dan pendidikannya
Seringkali dia melakukan ibadah dan riyadhah.
Sehingga suatu ketika dia tidak henti-hentinya
berpuasa selama beberapa waktu dan hanya
berbuka dengan kurma muda berwarna hijau
dari Jahmiyyah di kota Lisk yang diwariskan oleh
ayahnya. “Di abnar, dia berpuasa selama 90 hari
dan selalu sholat Subuh dengan air wudhu Isya’
di Masjid Ba’isa di Kota Lask. Dalam pada itu,
setiap malamnya di berangkat berziarah ke
makam di Tarim dan sholat di masjid-masjid
kota itu. Di masjid Ba’isa tersebut, dia selalu
sholat berjamaah. Menjelang wafat, beliau tidak
pernah meningalkan sholat Dhuha dan witr.
Beliau selalu membaca wirid-wirid tareqat. Dia
pribadi mempunyai beberapa doa dan salawat.
Ada sebuah amalan wirid besar miliknya yang
disebut “Hizb al-Hamd wa Al-Majd” yang dia
diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di
sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang
disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh
Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada
tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H.
Ziarah ke makam Nabi Allah Hud a.s adalah
kelazimannya yang lain. Sehingga Al-Faqih
Muhammad bin Sirajuddin mengabarkan
bahawa ziarah beliau mencapai 40 kali.
Setiap malam sepanjang 40 tahun, dia beranjak
dari Lask ke Tarim untuk sholat di masjid-masjid
kedua kota tersebut sambil membawa beberapa
tempat minum untuk wudhu, minum orang dan
hayawan yang berada di sekitar situ.
Ada banyak pengajaran dan kegiatan ilmiah yang
beliau lakukan. Konon, dia membaca kitab Al-
Ihya’ karya Al-Ghazzali sebanyak 40 kali. Beliau
juga membaca kitab Al-Minhaj-nya Imam
Nawawi dalam fiqih Syafi’i sebanyak tiga kali
secara kritis. Kitab Al-Minhaj adalah satu-satunya
buku pegangannya dalam fiqih. Kemudian dia
juga membaca Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah di
depan gurunya, Syaikh Umar bin Abdullah
Bamakhramah.
Karya-karyanya
Antara lain:
- Miftah As-sara’ir wa kanz Adz-Dzakha’ir. Kitab
ini beliau karang sebelum usianya melampaui 17
tahun.
- Mi’raj Al-Arwah membahas ilmu hakikat. Beliau
memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan
menyelesaikannya pada tahun 989 H.
- Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan
masalah-masalah ilmu hakikat. Dia memulainya
di bulan Syawwal tahun 991 H dan
dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9
bulan Dzul-Hijjah.
- Ma’arij At-Tawhid
- Dan sebuah diwan yang berisi pengalaman
pada awal mula perjalanan spiritualnya.
Kata Mutiara dan Untaian Hikmah
Beliau memiliki banyak kata mutiara dan untaian
hikmah yang terkenal, antara lain:
Pertama:
Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah
ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu.
Sebaliknya adalah ketika kamu masih
menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba
Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah
sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan
inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya
(dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak
akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak
mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu
apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena
segala tempat hanya untuk mengalirkan apa
yang di dalamnya.
Kedua:
Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat
dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang
tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai
garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak
bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan
mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT
berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan
Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya
jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak
menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu)
tidak akan selamat dari berbagia afat
(malapetaka). Orang-orang yang telah
melakukan kesalahan, maka layak mendapat
siksaan.
Ketiga:
Tentang persahabatan: “Siapa yang bergaul
bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan
makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang
bergaul dengan para pendosa dan orang bejat,
akan berhak mendapat hina dan api neraka”.
Keempat:
Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w: “Aku
tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan
Tuhanku yang memberiku makan dan minum”.
Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat
spiritual yang datang datang dari haribaan Yang
Maha Suci”.
Kelima:
Engkau tidak akan mendapatkan berbagai
hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-
benda yang kau cintai (‘Ala’iq). Orang yang rela
dengan pemberian Allah (qana’ah), akan
mendapt ketenteraman dan keselamatan.
Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi
hina dan menyesal. Orang arif adalah orang
yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan
orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib
orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan
selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak
menyesal.
Keenam:
Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya.
Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah)
Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah
mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang
berguna, manakala engkau mendengarkanku.
Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-
ucapanku dlam keadaan terang-benderang.
Insya-Allah….! Mengertilah bahawa Tuhan itu
tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang
arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya,
raib dari pandangan alam-raya
melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore
hari, mereka menjadi orang-orang yang taat
dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan
sujud, riang dan digembirakan (dengan berita
gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya.
Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu
kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan
untuk mereka”.
Ketujuh:
Orang yang bahagia adalah orang yang
dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien
yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl
dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun
dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah
orang yang Allah bahagiakan mereka dengan
amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka,
adalah orang yang Allah celakakan mereka
dengan meninggalkan amal-amal saleh serta
merusak Syariat – kami berharap ampunan dan
pengampunan dari Allah.
Kelapan:
Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan
hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah
orang yang menentang diri dan hawa nafsunya,
minggat dri bumi menuju Tuhannya, dan selalu
menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.
Kesembilan:
Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan
angkuh.
Kesepuluh:
Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri
dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada
pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau
umbar, maka engkau pasti akn menang (dalam
melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang
bijak adalah orang yang mengenal dirinya
sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak
mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif
billah untuk membimbing orang jahil. Karena,
kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan
selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai
hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali
memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga
jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan
dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan
padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun
lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku
yang kemudian aku membencinya”.
Kesebelas:
Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang
Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri
kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan
tatacara mengikut apa yang dilarang dan
diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah
kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka
buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela
dengan qadha’ walaupun musibah besar
menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang
indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar
orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan.
Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut
dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap
dirimu”.
Keduabelas:
Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa
yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si
ibu (akhirat).
Masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain
yang sangat bernilai.
Manaqib (biografi) beliau
Banyak sekali buku-buku yang ditulis mengenai
biorafi beliau yang ditulis para alim besar. Antara
lain:
- Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib
Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah
Syeikh Muhammad bin Sirajuddin.
- Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat; fi Manaqib
Abi Bakr bin Salim Shahib ‘Inat oleh Allamah
Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad
Basya’eib.
- Sayyid al-Musnad pemuka agama yang
masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-’Alawy
mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa
manuskrip (naskah yang masih berbentuk
tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin
Salim. Di antaranya; Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin
Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin
Abdullah As-Saqqaf karya Allamah Muhammad
bin Umar bin Shalih bin Abdurraman Baraja’ Al-
Khatib.
Ditulis oleh rifafreedom

Syeikh Abu Bakar bin Salim adalah syeikh
Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim
ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat
jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang
menunjukkan jalan Illahi dengan wataknya.
Pembimbing kepada kebenaran dengan
perkataannya. Para ulama di zamannya
mengakui keunggulannya. Dia telah
menyegarkan berbagai warisan pendahulu-
pendahulunya yang saleh. Titisan dari Hadrat
Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim
Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar
bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.
Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah
satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi
Ats-Tsani, tahun 919 H. Dia kota itu, dia tumbuh
dengan pertumbuhan yang saleh, di bawah
tradisi nenek moyangnya yang suci dalam
menghafal Al-Quran.
Orang-orang terpercaya telah mengisahkan;
manakala beliau mendapat kesulitan menghafal
Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan
halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin
Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu
bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu
menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan
menjadi orang besar. Maka menjadilah dia
seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-
merta, dalam waktu singkat, dia telah
mengkhatamkan Al-Quran.
Kemudian dia disibukkan dengan menuntut
ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para
pembesar ulama dengan semangat yang kuat,
kejernihan atin dan ketulusan niat. Bersamaan
dengan itu, dia memiliki semangat yang menyala
dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-
tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya
dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu,
sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab
Al-Masyra’ Ar-Rawy, dia membolak-balik kitab-
kitab tentang bahasa Arab dan agama dan
bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta
menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang
kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, dia
mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu
pengetahuan.
Dia telah menggabungkan pemahaman,
peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Dialah
alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir
dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam
segenap bidang pengetahuan.
Dalam semua bidang tersebut, beliau telah
menampakkan kecerdasannya yang nyata.
Maka, menonjollah karya-karyanya dalam
mengajak dan membimbing hamba-hamba
Allah menuju jalan-Nya yang lurus.
Guru-guru beliau
Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban
Ba’alawi, ahli fiqih yang saleh, Abdullah bin
Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar
bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia
mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah.
Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-
Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-
guru beliau.
Hijrahnya dari Tarim
Dia beranjak dari Kota Tarim ke kota lain
bertujuan untuk menghidupkan pengajian.
memperbarui corak dan menggalakkan dakwah
Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka
berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu
negeri Hadramaut. Dia menjadikan kota itu
sebagai kota hijrahnya. Kota itu dia hidupkan
dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat
pendidikan, pengajaran dan pembimbingan.
Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang
beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas.
Syahdan, berbondong-bondonglah manusia
berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk
menimba ilmunya. Murid-murid beliau
mengunjunginya dari beragam tempat:
Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir,
Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash.
Para murid selalu mendekati beliau untuk
mengambil kesempatan merasai gambaran
kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya.
Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno
menjadi berkembang ramai. Kota itu pun
berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin
Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran
beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor,
padahal sebelumnya adalah kota yang
terlupakan.
Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far
Al-Katsiry bersyair:
Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun
bedendang
Dari permukaannya yang indah terpancarlah
makrifat
Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat
Puji syukur bagi yang membuatmu mencium
tanah liatnya
Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan
Kota yang mendapat karunia besar dari
warganya
Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh
merendahkan diri
Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya.
Akhlak dan kemuliaannya
Dia adalah seorang dermawan danmurah hati,
menginfakkan hrtanya tanpa takut menjadi fakir.
Dia memotong satu dua ekor unta untuk para
peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan
betapa banyak tamu yang mengunjungi ke
pemukimannya yang luas.
Dia amat mempedulikan para tamu dan
memperhatikan keadaan mereka.Tidak kurang
dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya
beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati dia
orang yang paling ringan tangannya dan paling
banyak infaknya, dia tetap orang yang paling
luhur budi pekertinya, paling lpang dadanya,
paling sosial jiwanya dan paling rendah hainya.
Sampai-sampai orang banyak tidak pernah
menyaksikannya beristirehat.
Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad
Bawazir pernah berkata: “Syeikh Abu Bakar
selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah
terlihat duduk-duduk bersama orang-orang
dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali
ntuk menanti didirikannya saolat lima waktu”.
Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah
dan berkhidmat kepada orang-orang yang
menderita kesusahan. Dia memperlihatkan dan
menyenangkan perasaan mereka dan
memenuhi hak-hak mereka dengan baik.
Di antara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu
adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan
dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan
rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya,
banyak sekali orang berkunjung untuk
menemuinya dari berbagai tempat; baik dari
Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman,
dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka
semua menghormati dan membanggakan
beliau.
Maqq, Syeikh Abu Bakar
Ibadah dan pendidikannya
Seringkali dia melakukan ibadah dan riyadhah.
Sehingga suatu ketika dia tidak henti-hentinya
berpuasa selama beberapa waktu dan hanya
berbuka dengan kurma muda berwarna hijau
dari Jahmiyyah di kota Lisk yang diwariskan oleh
ayahnya. “Di abnar, dia berpuasa selama 90 hari
dan selalu sholat Subuh dengan air wudhu Isya’
di Masjid Ba’isa di Kota Lask. Dalam pada itu,
setiap malamnya di berangkat berziarah ke
makam di Tarim dan sholat di masjid-masjid
kota itu. Di masjid Ba’isa tersebut, dia selalu
sholat berjamaah. Menjelang wafat, beliau tidak
pernah meningalkan sholat Dhuha dan witr.
Beliau selalu membaca wirid-wirid tareqat. Dia
pribadi mempunyai beberapa doa dan salawat.
Ada sebuah amalan wirid besar miliknya yang
disebut “Hizb al-Hamd wa Al-Majd” yang dia
diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di
sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang
disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh
Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada
tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H.
Ziarah ke makam Nabi Allah Hud a.s adalah
kelazimannya yang lain. Sehingga Al-Faqih
Muhammad bin Sirajuddin mengabarkan
bahawa ziarah beliau mencapai 40 kali.
Setiap malam sepanjang 40 tahun, dia beranjak
dari Lask ke Tarim untuk sholat di masjid-masjid
kedua kota tersebut sambil membawa beberapa
tempat minum untuk wudhu, minum orang dan
hayawan yang berada di sekitar situ.
Ada banyak pengajaran dan kegiatan ilmiah yang
beliau lakukan. Konon, dia membaca kitab Al-
Ihya’ karya Al-Ghazzali sebanyak 40 kali. Beliau
juga membaca kitab Al-Minhaj-nya Imam
Nawawi dalam fiqih Syafi’i sebanyak tiga kali
secara kritis. Kitab Al-Minhaj adalah satu-satunya
buku pegangannya dalam fiqih. Kemudian dia
juga membaca Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah di
depan gurunya, Syaikh Umar bin Abdullah
Bamakhramah.
Karya-karyanya
Antara lain:
- Miftah As-sara’ir wa kanz Adz-Dzakha’ir. Kitab
ini beliau karang sebelum usianya melampaui 17
tahun.
- Mi’raj Al-Arwah membahas ilmu hakikat. Beliau
memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan
menyelesaikannya pada tahun 989 H.
- Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan
masalah-masalah ilmu hakikat. Dia memulainya
di bulan Syawwal tahun 991 H dan
dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9
bulan Dzul-Hijjah.
- Ma’arij At-Tawhid
- Dan sebuah diwan yang berisi pengalaman
pada awal mula perjalanan spiritualnya.
Kata Mutiara dan Untaian Hikmah
Beliau memiliki banyak kata mutiara dan untaian
hikmah yang terkenal, antara lain:
Pertama:
Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah
ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu.
Sebaliknya adalah ketika kamu masih
menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba
Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah
sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan
inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya
(dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak
akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak
mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu
apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena
segala tempat hanya untuk mengalirkan apa
yang di dalamnya.
Kedua:
Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat
dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang
tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai
garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak
bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan
mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT
berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan
Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya
jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak
menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu)
tidak akan selamat dari berbagia afat
(malapetaka). Orang-orang yang telah
melakukan kesalahan, maka layak mendapat
siksaan.
Ketiga:
Tentang persahabatan: “Siapa yang bergaul
bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan
makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang
bergaul dengan para pendosa dan orang bejat,
akan berhak mendapat hina dan api neraka”.
Keempat:
Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w: “Aku
tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan
Tuhanku yang memberiku makan dan minum”.
Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat
spiritual yang datang datang dari haribaan Yang
Maha Suci”.
Kelima:
Engkau tidak akan mendapatkan berbagai
hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-
benda yang kau cintai (‘Ala’iq). Orang yang rela
dengan pemberian Allah (qana’ah), akan
mendapt ketenteraman dan keselamatan.
Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi
hina dan menyesal. Orang arif adalah orang
yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan
orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib
orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan
selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak
menyesal.
Keenam:
Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya.
Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah)
Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah
mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang
berguna, manakala engkau mendengarkanku.
Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-
ucapanku dlam keadaan terang-benderang.
Insya-Allah….! Mengertilah bahawa Tuhan itu
tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang
arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya,
raib dari pandangan alam-raya
melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore
hari, mereka menjadi orang-orang yang taat
dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan
sujud, riang dan digembirakan (dengan berita
gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya.
Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu
kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan
untuk mereka”.
Ketujuh:
Orang yang bahagia adalah orang yang
dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien
yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl
dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun
dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah
orang yang Allah bahagiakan mereka dengan
amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka,
adalah orang yang Allah celakakan mereka
dengan meninggalkan amal-amal saleh serta
merusak Syariat – kami berharap ampunan dan
pengampunan dari Allah.
Kelapan:
Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan
hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah
orang yang menentang diri dan hawa nafsunya,
minggat dri bumi menuju Tuhannya, dan selalu
menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.
Kesembilan:
Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan
angkuh.
Kesepuluh:
Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri
dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada
pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau
umbar, maka engkau pasti akn menang (dalam
melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang
bijak adalah orang yang mengenal dirinya
sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak
mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif
billah untuk membimbing orang jahil. Karena,
kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan
selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai
hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali
memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga
jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan
dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan
padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun
lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku
yang kemudian aku membencinya”.
Kesebelas:
Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang
Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri
kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan
tatacara mengikut apa yang dilarang dan
diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah
kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka
buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela
dengan qadha’ walaupun musibah besar
menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang
indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar
orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan.
Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut
dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap
dirimu”.
Keduabelas:
Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa
yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si
ibu (akhirat).
Masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain
yang sangat bernilai.
Manaqib (biografi) beliau
Banyak sekali buku-buku yang ditulis mengenai
biorafi beliau yang ditulis para alim besar. Antara
lain:
- Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib
Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah
Syeikh Muhammad bin Sirajuddin.
- Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat; fi Manaqib
Abi Bakr bin Salim Shahib ‘Inat oleh Allamah
Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad
Basya’eib.
- Sayyid al-Musnad pemuka agama yang
masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-’Alawy
mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa
manuskrip (naskah yang masih berbentuk
tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin
Salim. Di antaranya; Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin
Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin
Abdullah As-Saqqaf karya Allamah Muhammad
bin Umar bin Shalih bin Abdurraman Baraja’ Al-
Khatib.
Ditulis oleh rifafreedom